Rabu, 10 Desember 2008

GLOBAL CRISIS, kapan selesainya??

Krisis. krisis, krisis.. Kata yang selalu terdengar di mana-mana beberapa bulan ini. Dan satu pertanyaan yang menghinggapi pikiran kita semua, kapan berakhirnya??
Krisis ekonomi global ini sebenarnya hanya diakibatkan oleh satu negara, AMERIKA. Tetapi awan tebal yang ditimbulkan oleh krisis ini menutupi hampir seluruh dunia. Hal ini lebih disebabkan karena ketergantungan dunia akan Amerika yang sangat besar, atau mungkin lebih tepatnya keinginan Amerika untuk menguasai dunia dari seluruh sektor yang sangat besar.

Krisis ini disebabkan karena keberanian dari perusahaan-perusahaan finansial di AS untuk menggelontorkan pinjaman perumahan (primary mortage) kepada masyarakat di AS padahal mereka tidak mempunyai kemampuan untuk membayar pinjaman tersebut. Mungkin ini dilakukan untuk "mengejar setoran" para tenaga pemasaran perusahaan-perusahaan tersebut. Istilah agar target penjualan tercapai-pun digunakan, walaupun pada akhirnya akan macet juga. Imbasnya, dengan macetnya pinjaman-pinjaman tersebut, maka perusahaan-perusahaan finansial di AS kehabisan dana untuk melunasi segala kewajibannya. Ternyata perusahaan-perusahaan tersebut punya utang juga...
Akibat kekurangan dana, maka mereka-pun mengambil dana-dana mereka yang tersimpan di luar negeri, sebagian besar dana mereka di tanamkan di pasar modal, sehingga menimbulkan kekacauan di pasar saham negara tempat mereka menanamkan dana mereka, termasuk Indonesia. Kacaunya lagi, pasar saham Indonesia ternyata lebih banyak dikuasai oleh para investor asing (70%) dibanding investor dalam negeri (30%). Jadi maklumlah ketika krisis ekonomi terjadi di AS, pasar saham Indonesia ikut goyang patah-patah. Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok tajam, sampai-sampai harga saham yang tadinya Rp. 5.000-an per lembar, turun tajam menjadi lebih murah dari pada sebotol AQUA. Hal ini membuat para pelaku saham yang takut akan terjadi yang lebih buruk lagi, lebih memilih untuk menjual saham-sahamnya walaupun menderita rugi besar.
Krisis ini juga berpengaruh pada harga tukar rupiah yang ikutan anjlok, hingga mencapai Rp. 12.000/1 dolar. Hal ini lebih banyak dipicu oleh aksi para investor asing yang mengambil dana mereka yang berupa dolar di bank-bank Indonesia, sehingga timbullah kekurangan dolar di pasar Indonesia. Hukum ekonomi berlaku, apabila permintaan akan suatu barang lebih tinggi daripada penawaran atau persediaan yang ada, ya.. satu kata, barang tersebut akan MAHAL!!
Pemerintah sebenarnya telah melakukan banyak hal untuk mengatasi dampak krisis ini, mulai dari melakukan penjaminan simpanan nasabah sampai 2 miliar, buy-back saham, sampai yang terakhir ini menurunkan kembali suku bunga Bank Indonesia yang pernah dinaikkan, dari 9,5% menjadi 9,25%. Tapi hasilnya belum menggembirakan.
Hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi dampak krisis global ini, adalah lebih menggerakkan sektor riil di Indonesia, sehingga pondasi ekonomi kita akan lebih kuat dan akan tahan terhadap segala goncangan dari luar. Dengan kuatnya sektor riil, juga akan meningkatkan pendapatan dari masyarakat kita sehingga kita tidak akan terlalu tergantung pada dolar ataupun mata uang lainnya. Satu hal yang paling penting ialah: CINTAILAH PRODUK DALAM NEGERI!! dan yang paling utama CINTAILAH NEGERI INI!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar